Sabtu, 06 Februari 2010

catatan akhir daspross pmat 1

Tugas Akhir Semester

Mata Kuliah: Dasar Proses Pembelajaran Matematika 1

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SEGITIGA ANDALAN (E-LEARNING, PROBLEM BASED INSTRUCTION, DAN KOPERATIF LEARNING TIPE JIGSAW) PADA MATERI POKOK PROGRAM LINIER SEKOLAH MENENGAH ATAS.

Disusun oleh :

Didik Susanto (4101407054)

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2009

ABSTRAK

Paradigma pembelajaran sekarang ini membawa para guru untuk mencari alternatif model-model pembelajaran yang dapat mengakomodasi keinginan siswa. Sesuai dengan pesan yang tertuang pada pendahuluan panduan penyusunan kurikulum KTSP oleh BSNP bahwa pengembangan peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Pemanfaatan teknologi elektronik dalam pembelajaran memberi penguatan terhadap pola perubahan paradigma pembelajaran. Model pembelajaran e-learning adalah salah satu model pembelajaran yang mengubah paradigma pembelajaran dalam ruangan kelas. Dengan pemilihan pokok bahasan program linier yang mengandung soal-soal kontekstual yang beragam sehingga kamungkinan ditemukan permasalahan-permasalahan, baik pemahaman konsep atau penyelesaian soal. Problem based instruction (PBI) adalah sebuah metode yang dapat mengakomosi pembelajaran berbasis masalah dalam penyelesaian permasalahan pada model PBI dapat dikombinasikan dengan Jigsaw yang lebih menekankan pada koperatif learning. Kemudian pada akhirnya diperoleh sebuah model pembelajaran gabungan ketiga model yaitu model segitiga andalan yang langkah-langkah pembelajarannya terintegritas dari ketiga model tersebut.

Kata kunci: model pembelajaran,internet, e-learning, PBI, jigsaw, segitiga andalan.

A. PENDAHULUAN

Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan dimana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual terhadap perubahan (BSNP 2008:8). Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, internet merupakan hal yang tidak asing lagi. Di sekolah-sekolah menengah di Jawa Tengah khususnya baik didaerah yang tergolong kota maupun dipinggiran kota, kecamatan, bahkan desa sebagian besar sudah mempunyai fasilitas internet.

Sekarang ini internet sudah menjadi fasilitas yang bisa dikatakan wajib dimilki oleh sekolah-sekolah. Untuk mendukung pencapaian tujuan kurikulum pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan (BSNP 2008:5). Pada kenyataannya dilapangan, dalam dunia pendidikan internet juga digunakan sebagai rujukan atau referensi, sekarang ini banyak pelajar yang cenderung tergantung pada internet saat mengerjakan tugas (luqman, kompas mahasiswa 2009). Kemudahan dan informasi yang beragam didalam internet inilah yang menjadi salah satu alasan para warga belajar khususnya para siswa untuk lebih suka menjadikan internet sebagai sumber belajar ataupun referensi. Banyak sekali aplikasi-aplikasi di dalam internet yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk bertukar pikiran, menyampaikan informasi, dan berpendapat. Aplikasi tersebut diantaranya Mailist (mailing list), E-mail (surat elektronok), Blog dan masih banyak lagi.

Paradigma pendidikan di indonesia sekarang khususnya pada pembelajaran menginginkan perubahan tentang pandangan tentang kelas dalam suatu pembelajaran. Pengertian kelas adalah sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Siswa yang sedang belajar tidak hanya terbatas didalam sebuah ruangan tertutup saja, tetapi dapat juga ketika sedang karyawisata di objek wisata, di laboratorium, dirumah atau ditempat lain, ketika siswa sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru (BSNP 2008:58). Perubahan pandangan ini juga aka membawa perubahan pemikiran para pendidik untuk lebih terbuka dan kreatif dalam melakukan pembelajaran.

Perkembangan teknologi telah menciptakan pengembangan terobosan-terobosandalam pembelajaran (Tammimuddin H). Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara tuntas guru harus bisa merencanakan pembelajaran dengan tepat, mewujudkannya dalam kondisi yang tepat, metode mengajar yang tepat, serta didukung oleh media pembelajaran yang tepat pula. Pemilihan metode yang sesuai untuk setiap pokok bahasan pembelajaran yang diajarkan juga menjadi factor keberhasilan dalam pembelajaran.

Pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan salah satu metode alternatif oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran, dalam metode ini guru hanya sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator untuk megarahkan siswanya agar berpikir kritis, bekerja sama dan mengungkapkan pendapatnya bagaimana menyelesaikan sebuah permasalahan yang berupa suatu pemahaman konsep maupun penyelesaian sebuah soal. Pembentukan soal merupakan bagian penting dalam pengalaman matematis siswa dan menyarankan agar dalam pembelajaran matematika ditekankan kegiatan pembentukan soal. Banyak sekali metode-metode pembelajaran yang menekankan pada pembelajarannya itu lebih menekankan pada masalah yang berupa soal maupun pemahaman konsep salah satunya adalah model pembelajaran PBI (Problem Based Instruction).

Dalam pembelajaran yang berbasis masalah hendaknya dipilih materi-materi pokok yang mempunyai banyak variasi soalnya srehingga memungkinkan adanya sebuah masalah yang muncul yang dijadikan dasar sebuah pembelajaran. Salah satu materi pokok yang memiliki variasi soal-soal yang banyak adalah program linier. Sesuai dengan penjelasan diatas penulis memilki gagasan untuk menggabungkan antara pembelajaran berbasis masalah dan E-learning sehingga harapannya menjadi sebuah alternatif pembelajan yang pada akhirnya tujuan pembelajaran yang dimaksud tercapai.

B. ISI DAN PEMBAHASAN

Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat pengajaran (sudjana 2009:76). Strategi belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa (Gerlach dan Ely dalam ).

Siswa harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. National Council of Teachers of Matematics (2000) menggariskan bahwa dalam mempelajari matematika siswa tidak hanya bergantung pada “apa” yang diajarkan, tetapi juga bergantung pada “bagaimana” matematika itu diajarkan, atau bagaimana siswa belajar. Pada dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Proses komunikasi yang terjadi tidak selamanya berjalan dengan lancar, bahkan proses komunikasi dapat menimbulkan salah pengertian, ataupun salah konsep. Untuk itu guru harus mampu memberikan suatu alternatif pembelajaran bagi siswa nya agar dapat memahami konsep-konsep yang telah diajarkan.

Thompson, dkk. (2000) menyatakan, "E-learning is instructional content or learning experiences delivered or enabled by electronic technology." Pemanfaatan teknologi elektronik dalam pembelajaran memberi penguatan terhadap pola perubahan paradigma pembelajaran. Sistem e-learning merupakan bentuk implementasi pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Penggunaan teknologi informasi dan multimedia menjadi sebuah cara yang efektif dan efisien dalam menyampaikan informasi. Komputer merupakan salah satu teknologi informasi yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran matematika. Banyak hal abstrak atau imajinatif yang sulit dipikirkan siswa, dapat dipresentasikan melalui simulasi komputer. Latihan dan percobaan-percobaan eksploratif matematika dapat dilakukan peserta didik dengan menggunakan program-program sederhana untuk penanaman dan penguatan konsep, membuat pemodelan matematika, dan menyusun strategi dalam memecahkan masalah.

Internet merupakan salah satu program yang memanfaatkan media komputer. Penggunaan Internet untuk keperluan pendidikan yang semakin meluas terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa dengan media ini memang dimungkinkan terselenggaranya proses belajar mengajar yang lebih efektif. Hal itu terjadi karena internet mempunyai ciri khas dibanding dengan media yang lain. Selain akses informasi yang terbuka dengan internet, siswa juga dapat memperoleh berbagai referensi secara cepat dan itu hanya dengan menegtik beberapa keyword saja. Dengan internet pemikiran siswa juga lebih konvergen selain itu dengan internet siswa juga diharapkan memeperoleh pengalaman baru dalam pembelajaran karena pembelajaran tidak hanya dilakukan di kelas saja tetapi diluar kelas juga bisa dilakukan, hal inilah yang diharapkan menjadi motivasi siswa untuk lebih tertarik lagi dalam mempelajari matematika.

Model pembelajaran PBI mempunyai beberapa nama lain seperti Project-based Teaching (belajar proyek), experienced-based Education (pembelajaran berdasar pengalaman), Authentic Learning (belajar autentik) dan Anchored Instruction (belajar berdasar kehidupan nyata). Problem Based Instruction biasa diterjemahkan menjadi pembelajaran berdasarkan masalah atau pembelajaran berbasis masalah. (Ibrahim,M 2000:14). Dengan membaca berbagai sumber PBI (Problem Based Instruction) cocok dugunakan pada pokok-pokok bahasan yang memiliki banyak variasi soal-soal karena dengan banyaknya variasi memungkinkan timbulnya masalah-masalah yang dapat dijadikan bahan pembelajaran.

Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan ketrampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Arends, 1997).

Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah, serta mendapatkan pengetahuan dan konsep penting. Pendekatan pembelajaran ini mengutamakan proses belajar, dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam tingkat berpikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar (Arends, 1997).

Guru dalam model pembelajaran berdasarkan masalah berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah, dan pemberi fasilitas penelitian. Selain itu, guru menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan aktivitas belajar siswa, baik secara individual maupun secara kelompok. Disini guru berperan sebagai pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan siswa, dan penentu arah belajar siswa.

Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah memberikan siswa masalah yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk proses inkuiri dan penemuan. Disini guru mengajukan masalah, membimbing dan memberikan petunjuk minimal kepada siswa dalam memecahkan masalah. Pembelajaran jenis ini tidak difokuskan pada apa yang menjadi perilaku siswa tetapi lebih kepada apa yang mereka pikirkan pada saat melakukan kegiatan tersebut.

Adapun masalah dalam matematika diklasifikasikan dalam dua jenis antara lain:

1. Soal mencari (problem to find) yaitu mencari, menentukan, atau mendapatkan nilai atau objek tertentu yang tidak diketahui dalam soal dan memenuhi kondisi atau syarat yang sesuai dengan soal. Objek yang ditanyakan atau dicari (unknown), syarat-syarat yang memenuhi soal (condition) dan data atau informasi yang diberikan merupakan bagian penting atau pokok dari sebuah soal mencari dan harus dipenuhi serta dikenali dengan baik pada saat memecahkan masalah.

2. Soal membuktikan (problem to prove), yaitu prosedur untuk menentukan apakah suatu pernyataan benar atau tidak benar. Soal membuktikan terdiri atas bagian hipotesis dan kesimpulan. Pembuktian dilakukan dengan membuat atau memproses pernyataan yang logis dari hipotesis menuju kesimpulan (Depdiknas, 2005: 219).

Dalam metode pembeajaran PBI (problem based instruction) ada beberapa langkah dalam pelaksanaanya. Langkah tersebut adalah

1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.).

3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.

4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.

5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. (Depdiknas: 2009)

Selain metode-metode diatas dalam penerapan metode segitiga andalan juga menngunakan metode pembelajaran koperatif tipe Jigsaw. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

Menurut Sudjana (2009:82) metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiriataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok). Berikut juga dasar pengelompkan adalah sebagai berikut:

a. Perbedaan individual dalam kemampuan belajar, terutama bila kelas itu sifatnya heterogin dalam belajar

b.Perbedaan minat belajar, dibuat kelompok-kelompok yang terdiri atas siswa yang mempunyai minat sama.

c. Pengelompokan atas pekerjaan(tugas) yang guru berikan.

d. Pengelompoka atas dasar wilayah tempat tinggal siswa yang tinggal dalam suatu wilayah dikelompokan dalam satu kelompok sehingga memudahkan koordinasi kerja.

e. Pengekompokan secara random tidak melihat faktor-faktor lain.

f. Pengelompokan atas dasar jenis kelamin, jadi ada kelompok putra dan putri

Namun pengelompokan sebaiknya menggambarkan heterogen, baik dari segi kemampuan belajar maupun jenis kelamin. Hal ini dimaksudkan agar kelompok-kelompok tidak ada kelompok yang dikategorikan baik atau kelompok kurang baik (Sudjana 2009:82).

Berikut juga petunjuk pelaksanaan bekerja dalam kelompok (Sudjana 2009:83). Untuk mencapai hasil myang baik, maka factor yang harus diperhatikan adalah:

a. Perlu adanya motif (dorongan) yang kuat untuk bekerja pada setiap anggota.

b. Pemecahan masalah dapat dipandang, sebagai satu unit dipecahakan bersama, atau masalah dibagi-bagi untuk dikerjakan masing-masing secara individual, hal ini bergantung kepada kompleks tidaknya masalah yang akan dipecahkan.

c. Persaingan yang sehat antar kelompok biasanya mendorong anak untuk belajar.

d. Situasi yang menyenangkan antar anggota banyak menetukan berhasil tidaknya kerja kelompok.

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab sisswa terhadap pembelajarannya sediri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberiikan materi tersebut kepada kelompoknya. Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun sosial siswa sangat diperlukan. Menurut Piaget, perkembangan kofnitif mempunyai empat aspek, yaitu kematangan sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; pengalaman yaitu hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungannya; interaksi sosial sebagai pengaruh interaksi dengan lingkungan sosialnya dan ekullibrasi yaitu kemampuan organisme dalam mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian terhadap lingkungannya.

Metode Jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari Jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.

Langkah-langkah pembelajaran koperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:

1. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim

2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda

3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan

4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka

5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh

6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi

7. Guru memberi evaluasi

8. Penutup

(Depdiknas: 2009)

Pada penjelasan sebelumnya telah dipaparkan ketiga model pembelajaran yang akan digunakan dalam model pembelajaran gabungan segitiga andalan, yaitu model pembelajaran E-learning berbasis blog, Problem Based Instruction (PBI), dan Koperatif Learning Tipe Jigsaw. Ketiga model pembelajaran tersebut akan dikolaborasikan menjadi sebuah model pembelajaran yang harapannya akan memberikan alternative pembelajaran yang akan teritegritas menjadi satu pembelajaran yang efektif dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam pelaksanaan model pembelajaran segitiga andalan tetap menggunakan langkah-langkah yang ada pada ketiga model pembelajaran tersebut, langkah-langkah ketiga model pembelajaran tersebut akan membangun langkah-langkah dalam model pembelajaran gabungan segitiga andalan.

Materi pokok yang akan diguanakan dalam pembelajaran menggunakan metode ini adalah program linier. Penulis menggunakan pokok bahasan ini karena dalam pokok bahasan program linier ini memilki variasi soal yang lebih banyak. Soal-soal dalam pkok bahasan ini juga banyak mengandng soal-soal kontekstual sehingga dalam penerapan pembelajarannya lebih bermakna. Karena dalam pokok bahasan program linier memiliki variasi soal yang lebih banyak maka kemungkinan timbul permasalahan-permasalahan dalam pemahaman maupun penyelesaianya sehingga cocok diginakan untuk pembelajaran berbasis masalah seperti model pemebelajaran problem based instruction(PBI).

Langkah-langkah ataupun tahapan dalam metode gabungan ini bisa dilihat dalam skema di bawah ini.


Langkah model pembelajaran segitiga andalan:

1. Sebelum pembelajaran pada pertemuan sebelumnya guru member informasi kepada siswa tentang pelajaran yang ingin diajarkan pada pertemuan yang akan datang

2. Guru memberikan tugas pada siswa untuk mencari/membuat soal-soal yang berkaitan dengan materi yang diajarkan

3. Setiap siswa ditugaskan minimal mencari/membuat 3 soal

4. Siswa diminta guru untuk mengupload soal tersebut kedalam blog yang sudah dibuat oleh guru maksimal 2 hari setelah penugasan.

5. Siswa lain diminta untuk mengakses semua soal-soal yang telah di upload oleh teman-temannya tersebut. Dan guru menyuruh siswa untuk mengerjakan soal-soal tersebut, apabila ada kesulitan siswa tersebut diminta untuk mencatatnya sebagai bahan diskusi untuk pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

6. Pada tahapan 1-5 pembelajaran lebih menekankan aktifitas diluar ruangan kelas dan pembelajaran ini menggunakan model pembelajaran e-learning dan PBI. Selanjutnya pada tahapan ini yaitu pada pertemuan pembelajaran gurur menanyakan kepada siswa apakah ada kesulitan-kesulitan tentang soal-soal yang ada di blog.

7. Guru menyuruh siswa untuk mengungkapkan permasalahan-permasalahan itu, lalu guru mengidentifikasi permasalahan-permsalahan tersebut,

8. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing anggota kelompok diberikan permasalahan-permasalahan yang berbeda.

9. Selanjutnya guru meminta anggota masing-masing kelompok yang memiliki permasalahan yang sama untuk berkumpul mendiskusikan menyelesaikan permasalahannya, kelompok ini disebut kelompok ahli.

10. Kelompok ahli kembali kembali ke kelompoknya masing-masing dan mengajar pada teman-temannya.

11. Kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusi

12. Guru memberi evaluasi dan penutup.

Demikian langkah-langkah penerapan metode pembelajaran gabungan segitiga andalan.

C. PENUTUP

  1. Simpulan

· Perkembangan IPTEKS membawa pemikiran para pendidik untuk mencari alternatif model pembelajaran yang efektif dan mengakomodasi keinginan siswa

· Model pembelajaran segitiga andalan adalah gabungan dari model pembelajaran E-learning, PBI, dan Koperatif tipe Jigsaw

  1. Saran

· Bagi para pendidik untuk lebih kreatif mencipatakan model-model pembelajaran alternative.

· Bagi para pendidik untuk lebih memperhatikan dan memanfaatkan perkembangan IPTEK khususnya di bidang pendidukan untuk dimanfaatkan pada pembelajaran.

D. DAFTAR RUJUKAN

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta.

Depdiknas. 2009. Model-Model Pembelajaran Efektif. Jakarta.

http://lutfizulfi.wordpress.com/2008/09/26/model-model-pembelajaran-inovatif-untuk-digunakan-guru.

http://lpmpbanten.net/index.php?p=detailart&kod=8949

Sudjana. 2006. Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas cetakan keenam. Jakara: Bumi Aksara.

/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar